Pagi ini saya berkicau tentang Abu
Jahal. Siapa yg tidak tahu dgn nama manusia itu? Manusia yang sepanjang sejarah akan
selalu diingat. Namanya begitu fenomenal, tanyalah kepada setiap muslim niscaya
mereka menjawab dengan sesuatu yang tidak baik tentang pemikirannya.
Sebuah pertanyaan, apakah Abu Jahal memiliki logika atau mampu berlogika?
Ya, ia juga berlogika tapi sayangnya logikanya keluar dari jalur kebenaran. Semua sudah pernah baca Al Qur’an Surat Al ‘Alaq, beberapa ayat pertama di dalam Al ‘Alaq adalah wahyu yang pertama kali turun. Lalu apa
hubungannya dgn Abu Jahal? Hubungannya amat menarik, permulaan Al ‘Alaq adalah ajakan bagi kita seluruh umat manusia agar
berlogika sesuai tuntunan Allah, logika kebenaran. Tapi bukan logika Abu Jahal. Beberapa ahli tafsir mengatakan bahwa ayat 11 hingga 18 dalam Surat Al ‘Alaq ialah kisah tentang jahilnya Abu Jahal atau dengan kata lain, beberapa
ayat itu berterus terang tentang logika Abu Jahal. Tujuan ayat itu adalah agar kita mau belajar dan memahami
bagaimana Abu Jahal berlogika.
Bagaimanakah Abu Jahal berlogika? Dalam pandangan atau pemikiran abu Jahal, orang yang keluar dari agama nenek moyang, atau orang yang menolak menyembah
berhala, atau orang
yang bertauhid, mereka itulah orang yang sebenar-benarnya dungu! Sementara itu orang yang memakan bangkai, menyembah
berhala, gemar
menganiaya orang lemah
karena kekuatannya, mengikuti
agama nenek moyang, mereka itulah org yang
sebenar-benarnya berakal dan memiliki logika yang tepat. Perhatikanlah
logika tersebut, itulah logika Abu Jahal!
Dapat disimpulkan bahwa ternyata dalam
sejarah, logika dapat dibagi
dua yakni ada logika
kebenaran dan ada logika Abu Jahal. Hayooo, pilih mana? InsyaAllah, saya pribadi aka memilih
logika kebenaran karena kebenaran itu datangnya dari Allah yang maha benar.
Oiya, nama Abu Jahal ini adalah nama yang diberikan oleh baginda Rasulullah
SAW kepadanya. Nama itu
diberikan karena si Abu Jahal
ini adalah pakar logika kebatilan dan kesesatan. Abu Jahal lebih tepat diartikan sbg
"Bapak Kebodohan", kebodohan yg berakar dari logika kebatilan dan kesesatan. Jangan ada anggapan
bahwa Abu Jahal punya anak yang bernama Jahal. Tidak! Kalau nama
asli Abu Jahal ialah Amr. Lengkapnya Amr
bin Hisyam bin Mughirah. Nama ayahnya Hisyam, nama ibunya Asama' binti
Makhrabah.
Setiap logika yang bengkok, menyimpang dari kebenaran dan jauh dari tuntunan
Allah, maka itu adalah logika Abu Jahal. Logika Abu Jahal sungguh telah banyak beredar di zaman ini. Waspadalah! Percuma saja bergelar profesor, doktor, master, dan sarjana, apabila logika yang dianut masih berbau logika Abu Jahal atau diwarnai dengan logika Abu Jahal. Semua gelar akademik yang banyak tadi sama
saja dengan nol besar
bila cara berlogikanya masih
sama dengan bapaknya, si Abu Jahal. Saya heran, ternyata di zaman ini banyak
sekali anak-anak Abu Jahal, anak-anak yang (katanya) terlahir dari rahim
akademik bernuansa intelektualitas tinggi, tetapi pada kenyataannya masih bodoh
dan tidak mau menerima logika kebenaran.
Abu Jahal adalah musuh Allah, musuh
Islam, musuh dakwah, orang yang menyakiti Nabi dan para sahabat Nabi, orang yang selalu menghina
Nabi dan para sahabat Nabi. Logika
kebenaran versus logika Abu Jahal, menarik disimak dan didiskusikan dalam berbagai kesempatan.
Apa yang saya tulis tadi adalah tentang logika
Abu Jahal. Akan tetapi selain keburukan nama Abu Jahal, ada yang “istimewa” darinya. Mau tahu???
Amr alias Abu Jahal mempunyai dua orang anak kandung bernama Ikrimah bin
Amr dan Suhail bin Amr.
Ikrimah dan Suhail adalah
syuhada perang yarmuk. Ikrimah
kita kenal sebagai salah seorang pakar
tafsir Al Quran di zamannya. Abu Jahal memiliki saudara
kandung bernama Al Harits bin Hisyam yang juga sebagai almamater perang yarmuk dan berhasil meraih syahid di medan perang.
Kita mungkin pernah mendengar kisah
"itsar" pada perang
yarmuk, teladan tentang
persaudaraan tingkat tinggi. Itsar adalah sikap mengutamakan kepentingan saudara seaqidah, sefikrah, saudara seperjuangan di atas
kepentingan diri, meskipun kepentingan diri juga sangat mendesak untuk diperhatikan. Kisah itsar perang yarmuk jarang
sekali membahas tokohnya, hanya sebatas hikmah dari itsar. Kali ini saya akan
mengatakan bahwa Ikrimah,
Suhail, dan Al Harits adalah aktor di dalam kisah itsar tersebut. Kisah itsar di dalam perang yarmuk adalah hal “istimewa” yang diukir oleh keluarga Abu Jahal.
Ceritanya begini, mula-mula Ikrimah mendapati kantong air di tengah
sekaratnya di saat
perang yarmuk sedang
berlangsung. Tetapi karena
tak tega melihat Suhail yang sedang sekarat dan butuh air, ia langsung saja memberikan air itu kepada saudaranya. Suhail mengambil air itu tapi pada
saat yang sama melirik Al Harits, rupanya Al Harits juga sedang sekarat, maka diberikannya lagi kantong air itu dari tangannya karena prihatin dengan
Al Harits. Suhail tidak sempat
meminumnya lantaran kepedulian yang tinggi kepada Al Harits. Belum
sempat air yang diberikan Suhail
diraih Al Harits, rupanya mereka semua gugur. Mereka semua disaksikan sebagai pahlawan
yarmuk dan juga
pahlawan ukhuwah sejati. Kepedulian kepada saudara tetap
prioritas meskipun maut taruhannya.
Ketiga tokoh di atas terabadikan dalam sejarah ukhuwah Islamiyah yang suci. Ketiganya adalah keluarga Abu Jahal, dua orang anak kandungnya
dan satu orang saudara kadungnya. Jadi, di balik nama buruk Abu Jahal sebenarnya tersembunyi nama mulia. Boleh saja Abu Jahal disebut Abu Ikrimah
atau Abu Suhail. Tetapi keburukan
logikanya tetap membuatnya populer sebagai Abu Jahal saja. Meski demikian, Nabi
melarang agar tidak melecehkan lagi Abu Jahal karena kemuliaan keluarganya (anak-anak dan saudaranya). Bukan diri Abu
Jahal yang kita musuhi, melainkan logikanya itulah yang harus terus kita hinakan dan jauhkan dari kehidupan dan pemikiran kita.
Belajar dari kisah Abu Jahal, semoga kita
para intelektual yang
sehari-harinya sering berlogika mampu menangani dan mengelola cara kita
berpikir dan bertindak dalam kehidupan, bukan menggunakan logika Abu Jahal. Selamat berlogika!