SELAMAT DATANG DI SITUS BLOG HADZIHI SABILI - JEHADEMUSA

Sabtu, 21 Juli 2007

Ana punya TIPS MENULIS...

Menulis Dong...

Jelek-jelek milik sendiri, itulah prinsip ana dalam menulis sebuah isi kalbu atau isi pikiran sekaligus. Entah apa yang melatarbelakangi, Allahu a'lam.

Pernah suatu hari ana menyemangati sahabat dakwah untuk menulis... Kurang lebih seperti ini, "Gitu donk… Nulis itu sulit… Tapi dengan nulis kata ’sulit’ aja, hah…itu sudah nulis namanya bunk… Ayo… cepat… tulis apa saja yang ingin antum katakan… Jangan banyak bicara, mendingan nulis dulu … Intinya, ya dikerjakan. Menulis… menulis dan menulis... Wah…, Sepertinya, ini juga tulisan… 1 paragraph…oiy, nulis rame2…"

Kalimat-kalimat penyemangat itu sebenarnya bukan menyemangati siapa-siapa. Itu untuk menyemangati diri sendiri.

Di dalam suatu kesempatan ana pernah berdiskusi dengan sahabat yang kain mengenai dunia tulis menulis ini. Mungkin beberapa hasil diskusi akan ana persembahkan sebagai isi dari tulisan sederhana kali ini. Pertama, ini yang pertama. Untuk mampu menjadi penulis tentu harus punya bekal apa yang mau ditulis. Bekal-bekal ini sangat penting di dalam memproduksi kalimat-kalimat nantinya. Dari mana datangnya kata yang beratus-ratus kalau bukan dari 'kamus pribadi'. Kamus pribadi itu datang dari seringnya kita membaca. Iqra'. Itu kuncinya. Perbanyaklah membaca maka kkita akan memiliki banyak bahan untuk ditulis. Selain bekal berupa iqra', kita juga harus sering2 berdiskusi. Misal, ketika kita ingin menulis tentang bunga maka alangkah lebih baik jika kita berdiskusi dulu dengan orang yang senantiasa terlibat dengan bunga setiap hari. Atau ketika kita ingin menulis tentang kaderisasi FMIPA (contohnya...) maka sering2lah berdiskusi (mengorek-ngorek) info tentang kaderisasi MIPA dari 'pihak yang berwenang dan bagak' di kaderisasi FMIPA...

Kedua, selain memiliki bekal kita juga harus memiliki ide. Ide berbeda dengan bekal. Jika bekal menulis boleh sama dengan orang lain sedangkan ide menulis harus mencerminkan karakteristik isi jiwa dan pikiran kita sendiri. Memunculkan ide memang tidak gampang tetapi bila kita sudah membiasakan ber'ide' maka ide2 untuk menulis akan berlimpah ruah dalam hati. Serasa, ingin sekali menumpahkannya segera. Ada sebuah cerita singkat tentang ide. Salah seorang penulis terkenal di negeri yang jauh di sana mengatakan bahwa ketika ia mendapatkan suatu ide baru untuk menulis maka ia langsung segera mencatatkannya di dalam lembaran-lembaran kecil semacam notebook. Nah, ketika ia mendapat 'mood' untuk melanjutkan ide tersebut, barulah ia melengkapinya menjadi sebuah tulisan yang utuh.

Ketiga, 'mood'. Salah seorang pakar perilaku (Afwan, ana lupa namanya, kalau gak salah ... Mr. Mowen). Mood bukanlah karakteristik kepribadian. Akkan tetapi mood adalah suasana kiwa yang muncul sewaktu-waktu dan tidak bertahan terus-menerus. Nah, ini pun sering diistilahkan, mood-moodan menulis. Jadi, ketika kita telah mendapatkan ide kecil untuk sebuah tulisan panjang maka catat dulu. Setelah mendapatkan mood untuk melanjutkannya, barulah sempurnakan ide tersebut menjadi tulisan siap baca.

Keempat, jangan memikirkan apakah salah atau benar, sulit atau mudah. Terkadang ketika kita mulai menulis kita sering memikirkan tentang benar salahnya apa yang akan kita sulit. Kita juga merasa sulit sendiri dan memikirkan dalam-dalam bahwa menulis memang sulit. Akhirnya otak kita dipenuhi oleh beribu kata sulit,sulit,sulit,sulit,sulit,sulit,sulit,sulit,sulit, sulit, dan sulit sekaliiiiiiii. Sehingga kumpulan-kumpulan kesulitan tersebut mengkristal di otak kita dan terkahir : kita tidak bisa memproduksi tulisan.

Kelima, tulis saja. Jangan berpikir logis dan ilmiah dulu. Eh, di sini ana bukan menganjurkan nekat tak berpikir. Jangan mikir. Jangan pakai otak, bukan itu yang ana maksud. Yang dimaksud di sini jangan berpikir adalah jangan terlalu terpaku pada aturan-aturan baku penulisan. Tentu saja ini dikhususkan untuk tulisan bebas. Jika kita ingin menulis tulisan ilmiah memang harus menurut undang-undang menulis. Kalau tulisan bebas, maka kita pun bebas sebebas-bebasnya...

Keenam, coba saja dulu. Jangan ikuti apa yang ana beriitahu ini. Tips ini pun tidak berlaku untuk para penulis. Tips ini baru terpikir setelah ana telah menulis. Jadi. tips ini lahir setelah ana bisa menulis. Paham gak?... Tips ini tidak keluar kalau bukan karena ana pernah menulis. Jadi, tips ini ada karena ana pernah menulis... Itu maksudnya. Ah, ribbbettt jadinya1

Terakhir, ana persembahkan kepada antum semua. Seorang pejuang dakwah harus dilengkapi dengan keaahlian tertentu. Keahlian kita boleh jadi bukan di dalam dunia tulis menulis. Mungkin komputer, bela diri, bahasa inggris, jago ngitung, dsb...Kita tidak diharuskan pandai menulis tetapi minimal bisa menulis isi jiwa dan kalbu saja dusah cukup (bagi ana...). Memulai untuk belajar menulis memang sulit tetapi belajar untuk memulai ana pikir tidak susah. Tulis dan coba lagi kalau belum bisa 'encer' tulisannya. Kegagalan adalah kemenangan yang tertunda. Ana dan antum sepertinya berprinsip seperti itu. Betul kan?

Selamat menulis. Oh ya, mencopet kalimat bang Hasdi Putra : Mari mensukseskan 'Gerakan Menulis Gerakan'. Kalimat yang ana curi dari bang Ihsan, M. Si (kurang lebih seperti ini) : Tulis apa yang akan antum kerjakan, kerjakan yang antum tulis, dan tulis apa yang telah antum kerjakan...

Barakallahu lakum...

Tidak ada komentar:

8 Tulisan Populer Pekan Ini