SELAMAT DATANG DI SITUS BLOG HADZIHI SABILI - JEHADEMUSA

Minggu, 15 Juli 2007

DI SAMUDERA KEHIDUPAN, ADAKAH KAPALMU?

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan hidayahnya kepada kita sehingga jalan yang lurus ini dapat kita kenal dan kita ikuti dengan penuh keistiqomahan. shalawat dan salam kepada junjungan kita, uswah dan qudwah kita, Muhammad SAW yang telah meninggalkan kepada kita petunjuk hidup di dunia dan akhirat. Apabila kita tetap istiqomah kepada petunjuk-petunjuk yang telah ditinggalkannya pada kita maka keselamatan akan kita raih dengan mudah atas izin Allah. Beliau juga mengajarkan pada kita untuk menjadi generasi terbaik di sepanjang masa, generasi yang senantiasa mengagungkan kalimatullah dan mendakwahkannya secara berkesinambungan tanpa mengenal lelah apalagi berhenti dan meninggalkannya sama sekali.

Hidup adalah pengembaraan. Kadang seorang insan mampu mencapai tujuan pengembaraannya sesuai dengan apa yang dicita-citakannya, kadang juga ia tidak memperoleh apa-apa kecuali letih, lelah dan dihantui beribu penyesalan pada akhir pengembaraannya. Ia sedih dengan akhir pengembaraan yang ia peroleh karena segala upaya yang ia kerahkan belum maksimal dan menyesalinya dengan tangisan luar biasa. Kalaupun ia telah berupaya secara maksimal namun ia belum menyerahkannya kepada sang pencipta kehidupan, Allah SWT. Tanpa tawakal kepada Allah maka penyesalanpun akan timbul apabila hasil pengembaraan menuai kegagalan.

Lebih dari itu, hidup adalah pengembaraan di atas samudera luas. Tiada hari tanpa digoyang oleh gelombang atau ombak. Betapa ganasnya kehidupan yang
memiliki gelombang yang selalu mengombangambingkan pengembara di atas samuderanya. Kemudian diselingi juga tiupan angin yang kadang ataupun sering membuat hati kita berputus asa untuk tidak melanjutkan pengembaraan lebih lanjut. Badai yang setiap saat menghampiri seakan-akan menyerupai drama klasik yang pernah kita saksikan di televisi. Atau mungkin lebih mirip kisah kasih sewaktu di SMA dulu ataupun serupa tapi tak sama dengan tragedi yang menimpa sebuah keluarga yang retak (broken home). Aduh ironis, dan betapa?! Betapa dahsyatnya badai itu….. Ingat, bahwa badai tak selamanya membuat hati risau. Ada juga badai yang melahirkan kebahagiaan. Yah jelas, itulah badai kebahagiaan. Badai kebahagiaan tidak mudah dikenali dengan cermat tanpa kompas yang menjelma sebagi alat yang bermanfaat untuk menuntun. Sebagai manusia biasa, kita adalah hamba yang sangat lemah dan selalu merasa ingin dituntun ke jalan yang baik. Hanya manusia yang ‘bukan manusia’ lah yang tidak mampu terketuk hatinya untuk mencari jalan terbaik di dalam hidupnya. Allah mengajarkan pada kita sebuah petunjuk melalui Rasulnya yang mulia berupa Al Quran dan hikmah dari Rasulullah SAW yang telah ia tinggalkan kepada kita beberapa tahun silam. Beliau memberikan kompas hidup yang terbaik untuk mencapai akhir yang baik (happy ending) dalam pengembaraan hidup kita di atas samudera. Mungkin hati kita bertanya dimanakah kita bisa mencari badai kebahagiaan? Bagaimanakah menemukan atau mencari badai tersebut? Akankah badai itu benar-benar membuahkan kebahagiaan?

Dengan mengetahui bahwa dalam pengembaraan di atas samudera luas ini ada badai yang membuahkan kebahagiaan, maka kita pun tidak terlalu takut untuk bertemu dengan badai tersebut. Suatu badai yang tiba-tiba muncul dalam perjalanan mengarungi samudera tadi adalah hal yang wajar bagi kita. Nah itu bisa kita kenali apabila kita telah mengetahui dan memahami hakikat tentang badai tersebut. Singkatnya, makrifatul badai. Satu kata yang paling tepat untuk mengisi materi tentang makrifatul badai kebahagiaan itu serta untuk bisa menjawab semua pertanyaan di atas adalah hanya dengan satu kata sederhana yakni dakwah. Hanya dengan melakukan dakwah dan bergabung dengan barisan penjunjung tinggi kalimatullah membuat kita bisa meraih segalanya. Kepahaman akan hal ini akan menghadirkan sebuah citra yang damai bagi hidup dan kehidupan. Sehingga kita tidak pernah ragu menghadapibadai. Sehingga kita tidak pernah takut mengarungi samudera kehidupan walaupun dengan tantangan berupa badai apalagi dengan ombak kecil belum seberapa, ombak kecil yang sangat dan sangat kecil sekali tidak akan membuat kita gentar untuk terus mengarungi pengembaraan kita di atas samudera.

Hakikat badai kebahagiaan di dalam hidup ini akan kita dapati dengan hidup bersama dakwah. Dakwah ilallah sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi dan Rasul serta para shahabat yang benar dan mengikuti kebenaran dari RasulNya. Dengan berdakwah maka kita akan benar-benar berhadapan dengan badai kebahagiaan. Dakwah memiliki suka dan duka. Setiap duka yang kita alami pasti memiliki imbalan berupa suka yang termat melimpah melebihi duka tadi. Setiap tantangan, ancaman, atau gangguan yang kita hadapi pasti memberikan dampak positif bagi kita. Semuanya akan menambah kedewasaan kita dalam melakukan pengembaraandi atas samudera berikutnya. Dan seterusnya hingga kita pun menemukan kebahagiaan. Betapa nikmatnya keindahan dunia belum seberapa bila dibandingkan dengan kenikmatan serta berjuta kebahagiaan yang akan kita dapati pada akhir pengembaraan dakwah kita, walaupun penuh badai dahulunya!

Selain itu, di dalam melakukan pengembaraan seperti terurai di atas samudera luas kita harus selalu ingat bahwa ada rambu-rambu serta petunjuk lain yang perlu kita perhatikan. “Dalam pelayaran kita nanti, jika kita ingin mencapai kebahagiaan maka janganlah takut dengan badai, karena di setiap saat pengembaraan kita di atas samudera pasti diiringi dengan badai. Badai yang datang itu kadang besar dan kadang kecil. Jangan ragu karena itulah badai kebahagiaan”. Begitulah kira-kira pesan sang nakhoda kepada seluruh penumpang kapalnya sebelum berangkat melintasi samudera yang cukup luas.

Di dalam melakukan aktifitas pengembaraan di atas samudera, maka dakwah yang berwujud sebagai badai kebahagiaan haruslah memiliki sebuah kapal. Kapal inilah yang akan menentukan baik-buruknya sejarah pengembaraan kita untuk kini dan masa akan datang. Sebuah kapal yang baik harus mampu menuntun ke jalan yang benar. Ia harus memiliki nakhoda yang ulet dan terlatih dalam berbagai medan pelayaran. Kapal itu juga perlu memiliki sebuah sistem yang rapi, tidak amburadul serta tidak diiringi dengan beribu ketergesaan atau terburu-buru (isti’jal) dalam menentukan arah pengembaraan. Kapal yang baik adalah kapal yang harus mampu menghadapai berbagai badai. Mengubah badai menjadi suatu kedamaian yang nyata bukanlah suatu hal yang mudah. Untuk itu kita sangatlah memerlukan sebuah kapal yang memiliki kafa’ah (kemampuan) yang tinggi dalam membimbing kita di atas samudera yang luas, penuh badai, dan kadang gelap gulita di malam hari. Wahai saudara, pengembaraan kita di atas samudera kehidupan bukanlah hal yang sepele, adalah kapalmu???

Tidak ada komentar:

8 Tulisan Populer Pekan Ini