SELAMAT DATANG DI SITUS BLOG HADZIHI SABILI - JEHADEMUSA

Minggu, 15 Juli 2007

‘MAHABBAH’ Yang Terabaikan...

Bismillahirrahmanirrahim

Ikhwah fillah, ini tulisan untuk antum semua ana kirimkan.

‘Mahabbah’ Yang Terabaikan Catatan Untuk Jiwa-Jiwa Yang Rindu akan Muhasabah*)

Kutatap indah sendu segala kenangan pilu di wajahmu, aku melihat ada cinta yang hilang dari raut wajahmu. Mungkinkah sang khalik mengampuni segala salah dan dosa yang mengelabui kelengkapan anggota tubuhmu. Semuanya hilang dikikis satu demi satu seiring naiknya nilai indeks prestasimu, seiring naiknya derajatmu. Satu kata yang pantas engkau sandang adalah “Sombong”. Kesombongan telah membuat engkau lupa akan alam akhirat. Kesombongan telah melalikanmu mengingat zat yang maha besar. Apakah engkau tidak ingat bahwa sesungguhnya Allah sangat membenci orang-orang yang sombong, dan engkau tanpa sadar telah tergolong di dalamnya.Wallahu a’lam.

Sombong menghiasi setiap detik dari kehidupanmu. Ia menjadikanmu hilang lenyap dari rahmat yang maha pemurah. Saat ini engkaupun makin sombong, jelas terbukti dengan jarangnya engkau menebarkan salam. Jalan dengan angkuh tak menghiraukan kiri kananmu. Salampun engkau abaikan, ya…memang engkau menunaikannya tapi hanya dengan terpaksa agar engkau dianggap ramah atau hanya karena beribu alasan riya lainnya. Pilih-pilih dulu siapa yang engkau salam, oh dia ikhwan… engkaupun langsung berkata “Assalamu’alaikum Akhiy…kaifa haluk?”, diiringi dengan sambutan tangan yang berjabat erat selama beberapa detik. Ternyata di sampingnyapun masih berdiri muslim, tapi sayang jenggotnya rata tak ada sehelaipun dan iapun berpakaian seperti anak-anak gaul ‘ge to loch’. Jelas, seseorang yang engkau biarkan itu bukanlah seorang ikhwan. Inilah yang membuatmu semakin sombong dan membiarkan begitu saja betapa berharganya arti sebuah salam bagi sesama muslim. Saat aku masih berada di situ, akupun engkau salam persis seperti ikhwan yang tadi. Mungkin jika aku hitung sampai 35,4 detik jabatan tanganmu masih erat. Dengan gaya khas jabatan tangan ala ikhwah engkau tunjukkan. Akupun masih merasa kasihan pada seorang muslim lain yang non ikhwan masih diam termangu menatap keakraban kita. Ah…kayaknya engkau menunjukkan kualitas ukhuwahmu tapi sayang sekali akhiy, itu masih belum sempurna.

Sekali lagi aku menatap wajahmu yang makin hari makin ceria. Walau di sana sini masih ada dan masih banyak yang sebenarnya TIDAK SENANG dengan keangkuhanmu. Seuntai kalimat nasehat bagai angin yang berlalu begitu saja. Nasehat tak pernah engkau dengar apalagi sampai menerimanya. Tapi suatu hal yang membuat Allah kurang cinta padamu adalah keangkuhanmu itu. Melalaikan nasehat seorang saudara yang tulus demi kebaikanmupun engkau anggap sebagai sebuah penghinaan. Ma sya Allah… Satu lagi hal yang perlu dikau ingat bahwa engkaupun hanya mau menasehati tanpa pernah menerima nasehat. Asal tahu saja, dirimu tak lebih dari seseorang hamba yang dimurkai Allah. Engkau hanya ‘ngomong doang’ dan inilah yang paling tidak disukai Allah. Kuingat-ingat akan setiap amalan harianmu, dan memang cukup memuaskan. Puasa Senin-Kamis tak pernah terlewatkan, Qiyamullail ala Nabi pun kamu jalani_katamu ‘bersyukur mirip nabi’. Segala macam amalan nawafil lain memang menjadi andalanmu dan inilah yang membuat engkau pantas menyandang ‘Cum Laude’. Sayang sekali akhiy…terlihat benih riya timbul di dadamu. Terpesona mendengar untaian kalimat-kalimat pujian menjadikan dirimu makin hanyut dalam irama keriyaanmu. Sungguh membuat aku bosan, geram bercampur malu dan tak ingin meneruskan catatan ini.

Akhiy…fillah, semenjak engkau menyandang gelar ‘al-akh’, engkaupun tambah hanyut dalam keikhwananmu. Walaupun tak satupun engkau menerima ijazah gelar ‘al-akh’ itu. Dengan nada takabur, ngaku-ngaku diri ikhwan padahal Juz ‘amma saja masih di luar kepala. Huh…sangat menjengkelkan hatiku bila melihat setiap tingkah dan kelakuanmu ini. Aku hanya sanggup mengirim setitik tinta penyampai taushiyah untukmu yang sedang tak tahu diri. Sepertinya dunia inilah yang menjadi alam kenikmatan bagimu. Engkaupun melarang orang untuk memakan di KFC, juga melarang untuk mendekati Pizza Hut. Apakah benar itu sesuai dengan kata hati nuranimu untuk memboikot produkmusuh Islam? Atau memang karena engkau tidak punya lembaran ‘fulus’ yang cukup untuk menikmati hidangan itu. Dasar engkau memang tak tahu diri. Engkau memanfaatkan keadaan demi menjaga imej pribadimu.

Kembali kudekatkan kalbuku yang dalam untuk mendeteksi berbagai penyakitmu. Ternyata engkau masih sombong dan memang betul-betul sombong. Penyakit yang satu itu kayaknya sudah lama engkau idap atau barang kali sejak engkau menyandang predikat ikhwan. Satu hal yang menjadikan aku sering tertawa sendiri yakni ketika undangan seorang sahabat engkau dengar. Mendengar ajakan untuk ikut menyaksikan walimah salah seorang ikhwan engkau jawab dengan kalimat ‘aku sudah kenyang’. Sekali lagi aku harus tertawa, ha…ha….Heran bercampur dan sedikit malu memiliki saudara sepertimu. Engkau pikir bahwa undangan itu adalah mengajak untuk makan, sebagaimana persepsi orang-orang awam kebanyakan. Undangan seorang sahabat adalah hak kita untuk dipenuhi, bukanlah untuk ditolak. Apakah dengan jawaban itukah yang akan mempererat tirai mahabbah di antara kita. Sungguh membuat aku tak habis pikir, akhiy…akhiy…kapankah engkau harus sembuh dan sehat kembali dari penyakit hati yang melandamu ini.

Ukhuwah adalah satu harta yang paling istimewa di antara kita. Salah satu keistimewaan agama ini adalah ukhuwah. Kita bersaudara bukan karena satu tanah air, satu provinsi atau sesuku. Kita bersaudara dibawah naungan kalimat “Laa ilaaha illallah Muhammadarrasulullah”. Dengan kalimat itu kita mencoba mengukir kisah yang diikat dengan ikatan mahabbah yang kuat. Tapi kini, bukankah semua itu sirna, hanyut dalam riya yang telah tumbuh subur di dadamu? Bukankah dengan kesombonganmu itu engkau telah mengabaikan harta yang berharga ini. Ukhuwah yang dijalin dengan mahabbah yang indah adalah satu yang paling berharga. Ia melebihi seluruh harta dunia. Harganya tak sebanding dengan setitik noda-noda riya atau kesombongan di dadamu itu.

Akhiy…fillah, izinkanlah kalbuku mendekat di alammu. Tiada kata yang berhak dan pantas untuk kuucapkan sebagai nasehat untuk dirimu : Janganlah mengabaikan mahabbah… Mahabbah adalah sebuah impian dari kalbu yang rindu akan ukhuwah gemilang. Tanpa mahabbah di antara kita yakinlah bahwa semua perjuangan ini akan tiada berarti apa-apa. Demikian sebuah kisah dariku, menenun kain untuk dijahit menulis surat untuk dibaca dan mengirim taushiyah untuk diterima. Ingat, mahabbah jangan diabaikan!

Tidak ada komentar:

8 Tulisan Populer Pekan Ini