Kita mendambakan kejayaan dakwah kampus melalui adanya wisma. Wisma yang kita cita-citakan diharapkan mampu memberikan energi baru unttuk setiap detik dinamika dakwah kampus. Telah banyak teori-teori yang kita dapatkan tentang wisma, namun adakah pernah terlintas tekad yang padu di masing jiwa kita untuk memberdayakan wisma? Kita mengharapkan setiap kader dakwah memiliki tekad yang membara bak api obor membakar kedinginan malam. Berjuang untuk melakukan rekruting penghuni wisma yang baru, khususnya mahasiswa baru...
Bila teori-teori tentang wisma masih belum cukup maka biarlah sederetan kalimat di bawah ini menggenapi rasa ketidaktahuan kita tentang wisma. Sehingga semakin jelaslah posisi wisma di hati kita
Wisma merupakan penyedia ‘aset dakwah’. Kader dakwah adalah aset dakwah. Penghuni-penghuni wisma adalah tokoh-tokoh inti di arena jihad kampus (baca : dakwah kampus). Melalui tangan-tangan penghuni wisma, kita yakin adanya sebuah ruh dahsyat yang mengalir. Hal ini tidak hanya terjadi atau lahir begitu saja semudah membalikkan tapak tangan. Semuanya penuh perjuangan dari kader dakwah itu sendiri untuk meng’clear’kan posisi wisma sebagai penyedia aset dakwah.
Salah satu keunggulan wisma yang lain adalah adanya percepatan distribusi fikrah islamiy dan harakiy. Fikrah islamiy adalah pemikiran yang menyeluruh tentang islam dan tekad yang kuat untuk menjadikan islam sebagai satu-satunya jalan hidup dan kehidupan. Fikrah harakiy adalah pemikiran utuh tentang cara-cara memperjuangkan islam dan tekad untuk mengikuti manhaj yang satu, manhaj yang bersumber dari Al Qur’an dan As sunnah serta mengoperasikannya dalam konteks ruang dan waktu (manhaj ‘amaliy).
Bagaimana distribusi fikrah bisa berlangsung di dalam wisma?
Di dalam sebuah sebuah komunitas wisma tentu terdiri atas berbagai macam tingkat usia. Umumnya, tingkat usia dalam wisma akan mencerminkan berapa banyak pengalaman tentang dakwah kampus. Walaupun di dalam wisma tidak dikenal istilah senioritas, pada dasarnya diwakili dengan istilah tetua. Istilah tetua wisma akan memberikan nilai-nilai keteladanan secara cepat di dalam kehidupan sehari-hari di wisma. Selain itu, tetua wisma akan menularkan semangat berharakah secara manhaji dan syar’iy. Dengan proses itulah distribusi fikrah dapat berlangsung lancar.
Satu hal lain yang sangat penting diperhatikan adalah dengan adanya wisma setiap kader dakwah dibiasakan hidup secara islami dalam rumah tangga islami. Dengan kata lain, wisma merupakan prototipe dari keluarga (rumah tangga) islam yang akan mencoba belajar beradaptasi dan mentarbiyah lingkungan sekitarnya. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat lahirnya suasana islami di lingkungan wisma (bi’ah islamiyah) selain juga sebagai ajang untuk melatih kader dakwah itu sendiri untuk hidup di dalam ‘usrah’ islami.
Setelah membaca tulisan ini, dimana posisi wisma di hati kita?
Posisi yang kabur tak tahu sama sekali, tidak mau tahu, tahu dan tidak mau, dan sekian banyak posisi-posisi lain. Beruntunglah jiwa yang telas sadar akan peranan wisma dan menjadikan wisma terposisikan dengan ‘cerdas’ di dalam kalbu dan setiap tetes keringat perjuangannya.
SALAM JIHAD DAN CINTA penuh cahaya nan kemilau, kepada seluruh warga wisma di kampus Limau Manis, khususnya wisma ikhwan FMIPA UNAND yang ‘terakreditasi’ : Wisma Iqra’ (akh Darul, dkk.), Wisma Ukhuwah (akh Depit, dkk.), Wisma Moedjahid (akh Fajar, dkk.). SALAM HORMAT kepada seluruh pengurus BPW (Badan Pengelola Wisma FMIPA Universitas Andalas)...
Ditulis di Bumi Serpong nan Modern
Tidak ada komentar:
Posting Komentar